Tampilkan postingan dengan label TV CRT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TV CRT. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 19 Desember 2020

Cara memperbaiki transistor horizontal sering rusak atau over heat (panas berlebih)

 Cara memperbaiki transistor horizontal sering rusak atau over heat (panas berlebih)

Kali ini saya akan membahas mengenai penyebab transistor final horizontal over heat (panas berlrbih) dan sering rusak.  setelah ganti baru transistor tersebut rusak lagi, ganti baru rusak lagi dan kalau pun dapat bertahan paling Cuma sekitar 1 sampai 2 hari transistor horizontal kembali short lagi.

Bagi teknisi pemula hal ini pasti sangat menjengkelkan, bukan hanya menyita waktu kerusakan seperti ini juga tentunya menguras pikiran dan banyak biaya.

Kerusakan seperti ini umumnya disebabkan oleh kumparan primer pada flyback dan kumparan defleksi yoke yang korslet, namun selain itu ada beberapa penyebab lain yang bisa mengakibatkan transistor horizontal bermasalah.



Sebagai bahan pembahasan disini saya menggunakan skematik diagram tv tabung Samsung dengan tipe chassis K15A dan no model CT21D8L6X.

Rekan-rekan bisa ikuti prosedur step by step dalam 5 langkah  untuk melakukan analisa perbaikannya.

 Langkah pertama ukur nilai resistasi dari kumparan defleksi yoke horizontal. 

Pastikan nilai resistansnya  berkisar antara 1,2 ohm sampai 5 ohm. Jika tidak ada nilai resistansi atau terukur dibawah 1 ohm maka bisa dipastikan kumparan yoke horizontal ini yang menyebabkan transistor panas dan sering rusak.




 Langkah kedua yaitu Jika kumparan defleksi yoke horizontal normal lanjukan  periksa flyback.

Pastikan tidak ada yang short antara kumparan primer dan sekundernya.

 Langkah yang ketiga adalah ukur nilai tegangan B+ nya, apakah sudah sesuai?

 Untuk ukuran layar 14” dan  21” normalnya sekitar 115 volt sampai 125 volt dan 135 volt untuk ukuran layar 29”. Jika tegangan over maka cek area SMPS.



Langkah ke empat, yaitu check dengan esr meter nilai dari kapasitor damper ini.



Kapasitor C402 dan C403. Penyebab kerusakan transistor final horizontal lebih sering diakibatkan oleh kapasitor ini. Bila perlu ganti dengan yang baru dan pastikan nilainya sama. Sebagai catatan jika mengganti kapasitor ini dengan nilai yang tidak sama maka akan berpengaruh pada tampilan layar, gambar bisa saja melebar dan bisa juga kurang lebar.

 Langkah berikutnya yang kelima, rekan-rekan bisa cek transistor driver trafo horizontal ini beserta dengan resistor dan kapasitor coupling ini. 



Dan pada tahap ini banyak dari rekan teknisi yang mengabaikannya. Kerusakan pada transistor, resistor dan kapasitor ini dapat menyebabkan transistor horizontal mengalami over drive dan under drive. Penjelesan mengenai masalah overdrive dan under drive akan saya bahas di video selanjutnya tentang cara kerja rangkaian blok horizontal.

Oke itu tadi 5 tahapan dalam mengatasi masalah transistor final horizontal panas dan sering rusak.



 

Cara mengatasi tegangan B+ naik atau drop pada tv sharp

 Cara mengatasi tegangan B+ naik atau drop pada tv sharp

Sebagai bahan pembahasan disini saya gunakan tv sharp Uslim dengan ic chroma IXD067. Secara umum prinsip kerja rangkaian smps tv hampir sama. Namun pada beberapa model dan merek tv ada yang menggunakan ic optocoupler dan ic error amp sebagai jalur feedback dan ada juga yang tidak memakai kedua ic tersebut, dalam hal ini cara mengatasinya pun akan  sedikit berbeda.

Pada model tv sharp ini jalur feedback menggunakan kedua ic tersebut, maka untuk mulai melacak atau menganalisa kerusakan tegangan B+ over atau drop rekan-rekan bisa mulai fokus di area yang terhubung ke ic optocoupler dan ic error amp.



Kerusakan tegangan B+ bermasalah lebih sering diakibatkan oleh rusaknya ic optocoupler dan ic error amp KIA431 dalam hal ini jika rekan-rekan mendapati kerusakan tegangan B+ over atau drop maka sebaiknya cek dulu kedua ic ini, gejala kerusakan yang ditimbulkan akibat rusaknya kedua ic ini saya telah membahas di video sebelumnya, karena di video ini kita akan melacak komponen lain yang berpotensi dapat menyebabkan tegangan B+ over atau drop dan banyak teknisi pemula sering mengabaikannya.

Jika setelah  rekan-rekan mengganti ic optocoupler dan ic error amp tegangan B+ masih saja over atau drop maka cek ketiga resistor yang dipasang seri ini, R755, R761 dn R766. Resistor-resiator ini digunakan sebagai sensor tegangan yang menuju pin 1 ic error amp KIA431, penting untuk diingat kerusakan resistor apabila tidak putus maka nilai hambatannya berubah atau molor.



Jadi jika salah satu dari ketiga resistor ini nilainya molor maka tegangan B+ akan over, sesuai dengan rumus dasar hukum ohm. Ada yang masih ingat tentang hukum ohm?. Namun jika salah satu resistor ini putus maka tegangan akan drop.

Selanjutnya adalah resistor R765, jika resistor ini putus maka tegangan akan drop.



Komponen berikutnya yaitu resistor R770 sebagai resistor bias untuk ic optocoupler, jika resistor ini putus maka tegangan akan  sempat naik sampai 140 volt dan kemudian turun dengan cepat ini artinya ic STR berhenti bekerja karena tidak mendapat feedback atau umpan balik dari bagian sekunder melalui ic optocoupler.

Akan tetapi jika R770 ini nilai hambatannya menjadi besar atau molor maka tegangan B+ akan naik.



 

Untuk komponen lainnya yang paling sering menyebabkan tegangan B+ bermasalah, yaitu elko C769, resistor R727 dan kapasitor keramik C710.



Itulah beberapa komponen yang paling berpotensi menyebabkan tegangan B+ over dan drop, jadi apabila rekan-rekan mendapatkan kasus seperti itu maka yang pertama adalah pastikan ic optocoupler dan ic error amp dalam kondisi normal kemudian periksa komponen-komponen yang telah kita bahas tadi. 

Untuk lebih lengkapnya silahkan check Video berikut ini :

 

 

 


Minggu, 29 November 2020

Siatem Kerja Power supply TV Polytron

Siatem Kerja Power supply TV Polytron


 Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Kali ini saya akan membahas secara detail tentang system atau cara kerja power supply tv tabung polytron khususnya pada area primer.

Hampir semua peralatan elektronik menggunakan power supply dengan metode yang dinamakan SMPS atau switch mode power supply.

Berdasarkan cara kerjanya rangkaian SMPS ini dibagi menjadi 3 jenis.

    1. SMPS dengan Transistor sebagai final driver (bisa ditemukan pada tv merk china)

    2. SMPS dengan ic Hybrid untuk driver-nya. Contoh ic hybrid adalah STR W XXXX ( dapat ditemukan pada smps tv sharp atau LG.

    3. SMPS dengan mosfet sebagai final driver. Bisa ditemukan pada tv polytron dan tv TCL.


Yang akan kita bahas disini adalah SMPS dengan mosfet sebagai final driver nya.

Sesuai dengan namanya yaitu SMPS atau Switch Mode Power Supply maka cara kerja Power supply ini menggunakan mode switching atau pensakelaran, dimana yang bertindak sebagai sakelarnya adalah mosfet yaitu dengan cara menyalakan dan mematikan tegangan yang masuk kedalam transformator switching dengan lebar pulsa termodulasi istilah kerennya PWM atau pulse width modulation.

Umumnya tv  merk polytron tipe mosfet yang sering digunakan adalah FS7UM dan 7n65, yang berarti mosfet itu memiliki daya 7 ampere dan 650 volt.

Mari kita bahas detailnya dimulai dari saat pertama kali tv dinyalakan.

Secara teknis diagram dasar dari SMPS digambarkan seperti ini.

 


Saat pertama kali tv dihubungkan ke sumber tegangan PLN ac 220 volt, maka terlebih dahulu akan masuk ke sirkuit yang dinamakan line filter atau E.M.I filter (electromagnetic interference).

Fungsi dari line filter ini adalah untuk meredam atau menghilangkan sinyal-sinyal liar yang tidak diinginkan ke suatu perangkat elektronik atau sistem elektronik yang sedang beroperasi.

Efek yang ditimbulkan jika rangkaian line filter ini bermasalah cukup beragam, misalnya terdapat gangguan gambar garis bintik-bintik di layar TV dan gangguan suara  pada bagian audio.

Dari line filter kemudian masuk ke blok rectifier atau penyearah. Disini tegangan ac 220 volt disearahkan menjadi tegangan dc 300 volt dan difilter oleh kapasitor elektrolit. Jika salah satu diode ini short maka akan menyebabkan fuse putus atau mcb trip. Kerusakan yang sering terjadi adalah nilai dari elko ini berubah baik itu kapasitas nya maupun ESR-nya. Kerusakan pada elko ini cukup bervariasi mulai tv tidak mau start, munculnya gambar serat-serat kayu pada layar televisi bahkan lebih parahnya lagi pada mcb bisa lansung trip saat pertama kali tv dinyalakan.




Selanjutnya agar switcher atau mosfet dan trafo swiching dapat ber-osilasi maka dibutuhkan trigger atau tegangan pemicu, maka dalam hal ini diperlukan rangkaian start up. Komponen dari rangkaian start up ini adalah resistor R534, diode zener D515 dengan breakdown voltage 6,2 volt dan Resistor R532 dan R533 sebagai pembagi tegangan.

Tegangan di titik ini sudah cukup untuk menswitch ic 501 atau mosfet 7n65 untuk memulai self oscillation atau berosilasi sendiri. Dalam kondisi normal maka pada kaki gate ini teukur nilai tegangan sebesar 3 volt sampai 5 volt.



Setelah berosilasi maka pada trafo switching terdapat induksi medan magnet yang akan menghasilkan output tegangan sekunder. Proses terjadinya induksi medan magnet di dalam trafo switching dikenal dengan istilah proses magnetisasi dan demagnetisasi.

Dimana proses magnetisasi adalah proses ketika trafo switching menghasilkan medan magnet artinya mosfet dalam kondisi on dan proses demagnetisasi adalah ketika trafo switching melepaskan medan magnet untuk meng-induksi kumparan sekunder yang berarti mosfet dalam kondisi off. Akibat dari proses magnetisasi dan demagnetisasi yang berulang-ulang dan dengan frekuensi yang tinggi pada kumparan primer ini  maka pada kumparan sekunder trafo switching akan muncul nilai tegangan.

Proses demagnetisasi yang tidak sempurna akan menimbulkan tegangan spike atau lonjakan tegangan yang sangat besar pada kumparan primer, hal ini dapat meyebabkan switcher atau mosfet rusak maka untuk memecahkan masalah ini dipasanglah rangkaian snubber. Konfigurasi dari rangkaian snubber cukup bervariasi tergantung dari model dan merk tv-nya.

Pada tv polytron ini konfigurasi nya menggunakan 2 buah komponen yaitu kapasitor keramik dan  resistor yang di seri ke ground. Namun pada tipe tertentu bisa dijumpai konfigurasi dengan diode dan kapasitor bahkan jika daya nya kecil cukup dengan 1 buah diode saja.

Selanjutnya karena bagian switcher ini telah berosilasi dan pada bagian sekunder sudah menghasilkan tegangan maka dari sini tegangan start up di ambil alih oleh tegangan dari kumparan sekunder ini.

Seperti yang sudah saya katakan diawal tadi bahwa SMPS adalah jenis power supply dengan metode pensakelaran otomatis berkecepatan tinggi dengan menggunakan system PWM maka harus ada bagian atau rangkaian yang memproduksi sinyal PWM atau frekuensi dengan nilai tertentu.

Nilai frekuensi pada tipe SMPS biasanya berkisar antara 20 sampai 35 Khz. Dengan bahasa sederhananya mosfet ini akan hidup dan mati sekitar 20 ribu sampai 35 ribu kali per detik untuk melakukan proses magnetisasi dan demagnetisasi trafo switching.

Dan sinyal PWM ini dihasilkan dari  rangkaian konfigurasi inductor, resistor dan kapasitor dengan sumber tegangan dari kumparan sekunder trafo switching. Di pin ini akan terdapat tegangan sebesar 14 volt.

Sinyal pwm ini sendiri memiliki bentuk gelombang kotak.

Dimana  garis yang berada diatas menunjukan periode on dan pada garis yang dibawah adalah periode off nya. Maka dalam satu detik akan terdapat 20ribu sampai 35 ribu gelombang kotak seperti ini.

Dalam hal ini berlaku rumus jika lebar pulsa pada periode on lebih lama maka output tegangan sekunder akan naik dan sebaliknya jika lebar pulsa pada periode off lebih lama maka tegangan pada output akan rendah.

Maka hal ini dimanfaatkan untuk mengontrol tegangan output sekunder agar tetap stabil dan digunakan juga untuk mengontrol tegangan saat dalam posisi stand by dan posisi power on. Silahkan tonton video saya yang ini dan yang ini untuk lebih jelas nya.

Ini adalah bentuk gelombang dan lebar pulsa saat tv dalam keadaan stand by

Dan yang ini adalah bentuk gelomabang dan lebar pulsa saat dalam kondisi power on.

Muncul pertanyaan komponen apa saja yang bertanggung jawab dalam mengontrol lebar pulsa ini?

Jawabannya adalah transistor T507 yang dikontrol oleh rangkaian feedback yaitu ic optocoupler pc817 dan rangkaian error amp TL431.

Sebagai rangkaian over current protector disini di bentuk dari konfigurasi dua buah transistor NPN dan PNP bersama dengan resistor yang diseri ke ground.

Resistor-resistor ini berfungsi untuk mengatur tingkat kepekaan dari over current protector itu sendiri sekaligus sebagai jalur negative menuju switcher atau mosfet 7n65.

Sampai disini semoga rekan-rekan teknisi bisa memahami cara kerja rangkaian power supply pada tv polytron ini.

 

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Kali ini saya akan membahas secara detail tentang system atau cara kerja power supply tv tabung polytron khususnya pada area primer.

Hampir semua peralatan elektronik menggunakan power supply dengan metode yang dinamakan SMPS atau switch mode power supply.

Berdasarkan cara kerjanya rangkaian SMPS ini dibagi menjadi 3 jenis

1.       SMPS dengan Transistor sebagai final driver (bisa ditemukan pada tv merk china)

2.       SMPS dengan ic Hybrid untuk driver-nya. Contoh ic hybrid adalah STR W XXXX ( dapat ditemukan pada smps tv sharp atau LG)

3.       SMPS dengan mosfet sebagai final driver. Bisa ditemukan pada tv polytron dan tv TCL

Yang akan kita bahas disini adalah SMPS dengan mosfet sebagai final driver nya.

Sesuai dengan namanya yaitu SMPS atau Switch Mode Power Supply maka cara kerja Power supply ini menggunakan mode switching atau pensakelaran, dimana yang bertindak sebagai sakelarnya adalah mosfet yaitu dengan cara menyalakan dan mematikan tegangan yang masuk kedalam transformator switching dengan lebar pulsa termodulasi istilah kerennya PWM atau pulse width modulation.

Umumnya tv  merk polytron tipe mosfet yang sering digunakan adalah FS7UM dan 7n65, yang berarti mosfet itu memiliki daya 7 ampere dan 650 volt.

Mari kita bahas detailnya dimulai dari saat pertama kali tv dinyalakan.

Secara teknis diagram dasar dari SMPS digambarkan seperti ini.

 

Saat pertama kali tv dihubungkan ke sumber tegangan PLN ac 220 volt, maka terlebih dahulu akan masuk ke sirkuit yang dinamakan line filter atau E.M.I filter (electromagnetic interference).

Fungsi dari line filter ini adalah untuk meredam atau menghilangkan sinyal-sinyal liar yang tidak diinginkan ke suatu perangkat elektronik atau sistem elektronik yang sedang beroperasi.

Efek yang ditimbulkan jika rangkaian line filter ini bermasalah cukup beragam, misalnya terdapat gangguan gambar garis bintik-bintik di layar TV dan gangguan suara  pada bagian audio.

Dari line filter kemudian masuk ke blok rectifier atau penyearah. Disini tegangan ac 220 volt disearahkan menjadi tegangan dc 300 volt dan difilter oleh kapasitor elektrolit. Jika salah satu diode ini short maka akan menyebabkan fuse putus atau mcb trip. Kerusakan yang sering terjadi adalah nilai dari elko ini berubah baik itu kapasitas nya maupun ESR-nya. Kerusakan pada elko ini cukup bervariasi mulai tv tidak mau start, munculnya gambar serat-serat kayu pada layar televisi bahkan lebih parahnya lagi pada mcb bisa lansung trip saat pertama kali tv dinyalakan.

Selanjutnya agar switcher atau mosfet dan trafo swiching dapat ber-osilasi maka dibutuhkan trigger atau tegangan pemicu, maka dalam hal ini diperlukan rangkaian start up. Komponen dari rangkaian start up ini adalah resistor R534, diode zener D515 dengan breakdown voltage 6,2 volt dan Resistor R532 dan R533 sebagai pembagi tegangan.

Tegangan di titik ini sudah cukup untuk menswitch ic 501 atau mosfet 7n65 untuk memulai self oscillation atau berosilasi sendiri. Dalam kondisi normal maka pada kaki gate ini teukur nilai tegangan sebesar 3 volt sampai 5 volt.

Setelah berosilasi maka pada trafo switching terdapat induksi medan magnet yang akan menghasilkan output tegangan sekunder. Proses terjadinya induksi medan magnet di dalam trafo switching dikenal dengan istilah proses magnetisasi dan demagnetisasi.

Dimana proses magnetisasi adalah proses ketika trafo switching menghasilkan medan magnet artinya mosfet dalam kondisi on dan proses demagnetisasi adalah ketika trafo switching melepaskan medan magnet untuk meng-induksi kumparan sekunder yang berarti mosfet dalam kondisi off. Akibat dari proses magnetisasi dan demagnetisasi yang berulang-ulang dan dengan frekuensi yang tinggi pada kumparan primer ini  maka pada kumparan sekunder trafo switching akan muncul nilai tegangan.

Proses demagnetisasi yang tidak sempurna akan menimbulkan tegangan spike atau lonjakan tegangan yang sangat besar pada kumparan primer, hal ini dapat meyebabkan switcher atau mosfet rusak maka untuk memecahkan masalah ini dipasanglah rangkaian snubber. Konfigurasi dari rangkaian snubber cukup bervariasi tergantung dari model dan merk tv-nya.

Pada tv polytron ini konfigurasi nya menggunakan 2 buah komponen yaitu kapasitor keramik dan  resistor yang di seri ke ground. Namun pada tipe tertentu bisa dijumpai konfigurasi dengan diode dan kapasitor bahkan jika daya nya kecil cukup dengan 1 buah diode saja.

Selanjutnya karena bagian switcher ini telah berosilasi dan pada bagian sekunder sudah menghasilkan tegangan maka dari sini tegangan start up di ambil alih oleh tegangan dari kumparan sekunder ini.

Seperti yang sudah saya katakan diawal tadi bahwa SMPS adalah jenis power supply dengan metode pensakelaran otomatis berkecepatan tinggi dengan menggunakan system PWM maka harus ada bagian atau rangkaian yang memproduksi sinyal PWM atau frekuensi dengan nilai tertentu.

Nilai frekuensi pada tipe SMPS biasanya berkisar antara 20 sampai 35 Khz. Dengan bahasa sederhananya mosfet ini akan hidup dan mati sekitar 20 ribu sampai 35 ribu kali per detik untuk melakukan proses magnetisasi dan demagnetisasi trafo switching.

Dan sinyal PWM ini dihasilkan dari  rangkaian konfigurasi inductor, resistor dan kapasitor dengan sumber tegangan dari kumparan sekunder trafo switching. Di pin ini akan terdapat tegangan sebesar 14 volt.

Sinyal pwm ini sendiri memiliki bentuk gelombang kotak.

Dimana  garis yang berada diatas menunjukan periode on dan pada garis yang dibawah adalah periode off nya. Maka dalam satu detik akan terdapat 20ribu sampai 35 ribu gelombang kotak seperti ini.

Dalam hal ini berlaku rumus jika lebar pulsa pada periode on lebih lama maka output tegangan sekunder akan naik dan sebaliknya jika lebar pulsa pada periode off lebih lama maka tegangan pada output akan rendah.

Maka hal ini dimanfaatkan untuk mengontrol tegangan output sekunder agar tetap stabil dan digunakan juga untuk mengontrol tegangan saat dalam posisi stand by dan posisi power on. Silahkan tonton video saya yang ini dan yang ini untuk lebih jelas nya.

Ini adalah bentuk gelombang dan lebar pulsa saat tv dalam keadaan stand by

Dan yang ini adalah bentuk gelomabang dan lebar pulsa saat dalam kondisi power on.

Muncul pertanyaan komponen apa saja yang bertanggung jawab dalam mengontrol lebar pulsa ini?

Jawabannya adalah transistor T507 yang dikontrol oleh rangkaian feedback yaitu ic optocoupler pc817 dan rangkaian error amp TL431.

Sebagai rangkaian over current protector disini di bentuk dari konfigurasi dua buah transistor NPN dan PNP bersama dengan resistor yang diseri ke ground.

Resistor-resistor ini berfungsi untuk mengatur tingkat kepekaan dari over current protector itu sendiri sekaligus sebagai jalur negative menuju switcher atau mosfet 7n65.

Sampai disini semoga rekan-rekan teknisi bisa memahami cara kerja rangkaian power supply pada tv polytron ini.

 

Rabu, 07 Oktober 2020

Cara memperbaiki IC Vertikal sering rusak ketika tv dihidupkan.

 Cara memperbaiki IC Vertikal sering rusak ketika tv dihidupkan.





Kerusakan area vertical adalah salah satu jenis kerusakan paling popular yang masuk ke meja kerja kami. Mulai dari gambar menyempit atas bawah, gambar melipat bagian bawah atau pada bagian atasnya,  muncul garis mendatar di layar sampai ic vertical pecah dan sialnya setelah diganti ic vertical yang pecah tadi ic kembali rusak saat melakukan running test dan hanya mampu bertahan beberapa menit saja.

 

Maka pada artikel kali ini saya akan share bagaimana  Menghadapai kasus kerusakan  seperti ini, prosedur  apa saja yang mesti dilakukan dalam memeriksanya. Agar dalam analisa kerusakan bisa cepat dan lebih efisien.

 

 

Ikuti langkah-langkah berikut ini :

 

 

1.    Periksa apakah ada solderan yang pecah. Sering terjadi solderan yang retak halus pada kaki-kaki ic vertical dan untuk supply tegangannya

 

2.    Ukur terlebih dahulu tegangan untuk ic vertical. Jika menggunakan single voltage tegangan untu ic vertical tidak boleh lebih dari 30 VDC, namun jika menggunakan tegangan simetris pastikan nilai tegangan nya harus seimbang dan tidak boleh melebihi +15 VDC dan -15VDC.

 

 

3.     Periksa resistansi kumparan defleksi yoke bagian vertikal.  Umumnya lebih dari 5 ohm. Jika kumparan defleksi yoke short (resistansi 0 ohm), maka dapat meyebabkan IC vertikal rusak.

4.     Periksa dengan teliti apakah ada kapasitor yang rusak.

 

5.    Check diode di sekitar ic vertical tersebut.

 

Semoga tulisan ini bermanfaat.

 


Kamis, 11 Juni 2020

Cara memperbaiki Tv gambar melipat bagian bawah





Vertikal tidak linear gambar melipat bagian bawah








Dalam menangani kerusakan seperti gambar diatas yaitu gambar melipat bagian bawah atau vertikal tidak linear memang bisa dibilang gampang-gampang susah. 

Gampangnya kerusakan seperti ini bisa diakibatkan ada kerusakan komponen pada blok vertikal seperti nilai resistor yang molor sampai nilai elko yang berubah entah itu nilai farad nya atau nilai ESR-nya. Dan susah nya adalah ketika kerusakannya bukan pada area vertikal melainkan di ic chroma-nya.

Namun pada kasus ini kerusakannya terdapat diarea vertikal, setelah dilakukan pengusutan ditemukan sebuah elko yang nilai farad nya sudah beruabah akibat elko kering dan nilai dari resistor yang molor.

Setelah pergantian 2 komponen tersebut, akhirnya tv kembali normal. Kerusakan atau kasus bisa saja serupa namun kadang kala penanganannya ada yang berbeda.

Minggu, 07 Juni 2020

Memperbaiki tv LG horizontal tidak bekerja


Berbagi pengalaman dari sesama rekan teknisi, beberapa hari yang lalu bengkelnya kedatangan tamu tv LG 21FU1LR-CW81A dengan gejala kerusakan bagian horizontal tidak bekerja.

Pada kasus seperti ini maka yang harus diperiksa adalah area seputaran blok horizontal. Dimulai dari tegangan B+, transistor horizontal, sampai ke tegangan H-out pada ic chroma.

Untuk tegangan B+ normal, terukur 113 Vdc dan transistor horizontal pun dalam keadaan baik-baik saja, namun ketika mengukur tegangan pada basis transistor (Q401) driver tranfo horizontal terukur 0 volt, seharusnya pada pin basis ini harus ada tegangan sebesar 0,6 Vdc.







Pengusutan terus dilanjutkan ke ic Chroma pin-22 (H-out) dan pada pin ini pun tidak ada tegangan. Cek tegangan 9 Vdc untuk supply blok horizontal internal ic chroma ternya tegangan ini normal. Sempat mengira atau memvonis ic chroma bermasalah.

Setelah ditinggal beberapa jam, penelusuran kembali dilakukan dengan pengukuran semua tegangan pada pin ic chroma, hingga pada akhirnya sampai pada pin 19 (VCO_IREFF/ H_REFF) yang terukur tegangan tidak wajar, karena normalnya tegangan ini sebesar 2,22 Vdc maka ditemuakanlah tersangka utamanya yaitu resistor R512 (22 k ohm) sudah dalam keadaan putus.







Pergantian komponen pun dilakukan, cek tegangan pada pin 22 sampai basis transistor Q401 terukur tegangan sebesar 0,7 Vdc dan ini menandakan bagian horizontal sudah siap bekerja.




Cara memperbaiki tv SHARP tegangan B+ Over



Dalam memperbaiki tegangan B+ Over / naik, langkah pertama yang harus dilakukan adalah lepas terlebih dahulu Transistor Final Horizontal,  hal ini bertujuan saat nanti kita melakukan pengujian flyback tidak bekerja.

Karena jika bagian horizontal bekerja saat tegangan B+ naik akan memperparah kerusakan, meskipun pada umumnya semua tv sudah dilengkapi dengan sirkuit proteksi.

Selanjutnya, agar proses pencarian tersangka bisa lebih cepat dalam selalu buka skema diagram dari tv yang sedang kita kerjakan.

Tv Sharp ini menggunakan ic STRG5653 sebagai driver power supply, umumnya tegangan B+ diumpan balik kan dengan menggunakan ic431(error amp)---Photocoupler---ic regulator (Pin FB). Namun berbeda halnya dengan tv Sharp ini, Rangkaian feedback (FB) nya berada pada area primer saja.






Yang terdapat di dalam kotak warna merah itu merupakan rangkaian umpan balik (FeedBack)

Jika mendapati kasus dengan kerusakan tegangan B+ over,  maka bisa dipastikan kerusakannya berada pada area tersebut. Silahkan cek satu persatu komponen yang terdapat pada kotak warna merah. 

Komponen yang sering mengalami kerusakan adalah kapasitor C712 yang setengah short.

Semoga artikel ini dapat membantu bagi rekan teknisi yang sedang mengalami kasus Tv Sharp dengan kerusakan tegangan B+ naik.

Jumat, 22 Mei 2020

Cara Kerja Rangkaian Power Supply Dengan Mosfet sebagai Power Final Driver


Memahami sistem kerja power supply dengan mosfet sebagai power final driver

Pada pembahasan kali ini , saya akan mencoba menjelaskan system kerja dari switch mode power supply ( SMPS ) dengan mosfet sebagai final driver-nya.

Silahkan perhatikan gambar  skematik diagram tv dibawah ini :



Terdapat sebuah Mosfet denagan tipe 7N65C yang sudah saya tandai dengan warna merah. Dan itulah yang dimaksud sebagai mosfet final driver.
Pada dasarnya,  system kerjanya hampir sama dengan SMPS yang menggunakan Transistor sebagai final driver seperti yang diulas pada artikel Memahami sistem kerja power supply dengan Final Transistor, perbedaannya terdapat pada rangkaian error amp yang dipakai.

                              I.            Line filter dan Rectifier

Rangkaian ini terdiri dari R539, C527 dan M502. Kemudian disearahkan dan difilter oleh rangkaian Main Rectifier yang terdiri dari, D528, D529, D530, D534, C523, C524 dan C522   (220uF/400V) untuk membuat tegangan B+ 308V.



                           II.            Start up circuit : 

Setelah tegangan B+ 308V cukup, tegangan ini dihambat oleh R534 kemudian oleh zener (D518 6V2) tegangan dibatasi pada 6V2 kemudian tegangan 6V2 ini digunakan sebagai tegangan StartUP melalui R533. Tegangan tersebut sudah cukup untuk memicu/menswitch IC501 7N65C untuk memulai self oscilation.



                        III.            Snubber circuit
 
Rangkaian snuber terdiri dari C520 (2n2/1n 2KV) dan R536. Jika Komponen R dan C ini bermasalah maka mosfet 7N65C akan cepat panas dan rusak.



                        IV.           Rangkaian Over Current Protection (OCP)

Rangkaian ini  terdiri dari T508 (A1015), T509 (C1815), R527, C519. Sedangkan R528, R529 dipakai untuk adjustment kepekaan OCP sekaligus sebagai jalur tegangan negatif yang menuju ke IC501 (power final).







                           V.          Osilator
 
Rangkaian osilator adalah rangkaian  penentu frekuensi/pulsa osilasi.  Terdiri dari L503, R525 dan C518 yang menjaga osilasi tetap pada frekuensi kerja.



 
                        VI.           Error Amp

Rangkaiannya error amp ini terdiri dari 2 rangkaian, masing-masing dipakai ketika standby dan ketika ON.
1.       Error Amp ketika standby menggunakan ZD514 (3V3), R524 (680), T507 (C1815) dan C517 (15n). 


2.       Error Amp ketika ON komponen utama terdiri dari IC504 (TL431), R543, R503, R542 dan R547, C528, R505, R504,  dan C529. Error Amp akan membandingkan tegangan output B+115V dengan tegangan referensi internal IC TL431.

Kerusakan yang sering terjadi pada blok Error amp ini adalah tegangan B+ 115 Volt  Naik atau kadang  drop.



Pembahasan lebih jauh tentang Error Amp, saya akan bahas pada artikel selanjutnya. Mudah-mudahan pembahasan yang saya sampaikan bisa dimengerti oleh sahabat Rekan Teknisi.