Tampilkan postingan dengan label Komponen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Komponen. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 Agustus 2022

Persamaan IC uP1707P

uP1707P VS MP2307

Terkadang saat kita sedang melakukan perbaikan ada komponen pengganti yang sulit dicari atau tidak ada dipasaran maka dalam hal ini untuk mengakalinya kita harus mencari persamaan untuk komponen tersebut.



Seperti saat ini yang terjadi, saya sedang menggarap sebuah modul power supply tv lcd polytron PLD22D110. dengan kerusakan pada ic uP1707p sebagai regulator tegangan standby 5 volt. Sebenarnya dipasaran ic ini banyak tersebar namun karena saya tidak memiliki stok di rak komponen, akhirnya saya mencari persamaan ic yang ada disana.

Dan untuk equivalent atau persamaan ic uP1707P ini adalah ic MP2307. Dari datasheet terlihat konfigurasi pin dan sistem kerjanya memiliki kesamaan yang sangat persis.

Intinya jika rekan-rekan teknisi tidak memiliki stok untuk ic up1707p maka untuk equipalen atau persamaannya bisa menggunakan ic mp2307 atau pun sebaliknya.

Silahkan download datasheet kedua ic ini pada link berikut ini :

Datasheet uP1707P

Datasheet MP2307

Rabu, 30 Maret 2022

Cara mengetahui kode pada komponen SMD

Bagi rekan rekan teknisi yang belum memiliki smd data code silahkan download Disini

Minggu, 31 Mei 2020

Cara kerja transistor sebagai penguat

Transistor sebagai penguat ( amflifier )

Transistor merupakan sebuah perangkat semikonduktor yang memiliki 3 terminal. 


·        C = Collector (Kolektor)

·        B = Base (Basis)

·        E = Emitter (Emitor)


Sebuah transistor mampu bekerja pada 3 daerah, daerah aktif, cut-off dan saturasi. Saat transistor dalam keadaan mati berarti transistor itu dalam daerah cut-off sedangkan saat transistor dalam keadaan hidup maka transistor bekerja pada daerah saturasi.

Dan yang terakhir saat sebuah transistor berada  dalam daerah  aktif maka transistor ini dalam keadaan aktif , yang sering difungsikan sebagai penguat. Fungsi transistor sebagai penguat adalah untuk meningkatkan sinyal masukan.



Rangkaian penguat atau amplifier dapat didefinisikan sebagai, rangkaian yang digunakan untuk memperkuat sinyal. Input dari penguat adalah tegangan atau arus, di mana output akan menjadi sinyal input penguat.

Rangkaian penguat yang menggunakan transistor dikenal sebagai penguat transistor. Aplikasi rangkaian penguat transistor terutama terlibat dalam audio, radio, komunikasi serat optik, dll.


Konfigurasi Transistor diklasifikasikan menjadi tiga jenis seperti CB (common base), CC (common collector), dan CE (Common emitter). Tetapi konfigurasi common emitor sering digunakan dalam aplikasi seperti penguat audio. Karena dalam konfigurasi CB, gain <1, dan pada konfigurasi CC, gain hampir setara dengan 1.


Parameter dari transistor yang baik terutama mencakup parameter yang berbeda yaitu gain tinggi, laju perubahan tegangan tinggi, bandwidth tinggi, linearitas tinggi, efisiensi tinggi, impedansi input daya tinggi, dan stabilitas tinggi dll.


Transistor dapat digunakan sebagai penguat (amplifier) dengan meningkatkan kekuatan sinyal lemah. Dengan bantuan rangkaian penguat transistor berikut, orang dapat memperoleh ide tentang bagaimana rangkaian transistor bekerja sebagai rangkaian penguat.

Pada rangkaian di bawah ini, sinyal input dapat diterapkan di antara persimpangan base-emitor dan output melintasi beban RC yang terhubung dalam rangkaian kolektor.





Untuk penguatan yang akurat, selalu ingat bahwa input terhubung dalam bias maju sedangkan output terhubung pada bias balik. Untuk alasan ini, selain sinyal, kami menerapkan tegangan DC (VEE) di rangkaian input seperti yang ditunjukkan pada rangkaian di atas.

Secara umum, rangkaian input termasuk resistansi rendah sebagai hasilnya; sedikit perubahan akan terjadi pada tegangan sinyal pada input yang mengarah ke perubahan signifikan dalam arus emitor. Karena tindakan transistor, perubahan arus emitor akan menyebabkan perubahan yang sama di dalam rangkaian kolektor.

Saat ini, aliran arus kolektor melalui RC menghasilkan tegangan besar di atasnya. Oleh karena itu, sinyal lemah yang diterapkan pada rangkaian input akan output dalam bentuk yang diperkuat di rangkaian kolektor dalam output. Dalam metode ini, transistor berfungsi sebagai penguat.

Di sebagian besar rangkaian elektronik, kami menggunakan konfigurasi transistor NPN yang dikenal sebagai rangkaian penguat transistor NPN. Mari kita perhatikan rangkaian biasing pembagi tegangan yang umumnya dikenal sebagai rangkaian penguat transistor satu tahap.

Pada dasarnya, pengaturan biasing dapat dibangun dengan dua transistor seperti jaringan pembagi potensial di seluruh supply tegangan. Ini memberikan tegangan bias ke transistor dengan titik tengahnya. Jenis bias ini terutama digunakan dalam desain rangkaian penguat transistor bipolar



Dalam bias semacam ini, transistor akan mengurangi faktor efek penguatan arus 'Ī²' dengan menahan bias dasar pada tahap tegangan tetap konstan & memungkinkan stabilitas yang tepat. Vb (tegangan dasar) dapat diukur dengan jaringan pembagi potensial.

Di rangkaian di atas, seluruh resistansi akan sama dengan jumlah dua resistor seperti R1 & R2. Level tegangan yang dihasilkan pada persimpangan dua resistor akan menahan tegangan basis konstan pada tegangan supply.

Rumus berikut adalah aturan pembagi tegangan sederhana, dan digunakan untuk mengukur tegangan referensi.
Vb = (Vcc.R2)/(R1 + R2)

Tegangan supply yang sama juga menentukan arus kolektor terbaik, karena transistor diaktifkan yang berada dalam mode saturasi.


Gain tegangan common emitor setara dengan modifikasi dalam rasio tegangan input ke modifikasi dalam penguat tegangan output daya. Pertimbangkan Vin dan Vout sebagai Ī” VB. & Ī” VL

Dalam kondisi resistansi, gain tegangan akan setara dengan rasio resistansi sinyal dalam kolektor terhadap resistansi sinyal dalam emitor yang diberikan sebagai

Gain Tegangan = Vout/Vin = Ī” VL/Ī” VB = - RL/RE

Dengan menggunakan persamaan di atas, kita cukup menentukan gain tegangan rangkaian common emitor. Kita tahu bahwa transistor bipolar menyertakan resistansi internal kecil yang dimasukkan ke dalam bagian emitornya yaitu 'Re'. Setiap kali resistan emitor dalam akan dihubungkan secara seri dengan resistansi luar, persamaan gain tegangan khusus diberikan di bawah ini.

Gain tegangan = - RL/(RE + Re)

Seluruh resistansi dalam rangkaian emitor pada frekuensi rendah akan setara dengan jumlah resistansi dalam & resistansi eksternal yaitu RE + Re.

Untuk rangkaian ini, gain tegangan pada frekuensi tinggi serta frekuensi rendah meliputi berikut ini.

Gain tegangan pada frekuensi tinggi adalah = - RL/RE
Gain tegangan pada frekuensi rendah adalah = - RL/(RE + Re)

Dengan menggunakan rumus di atas, gain tegangan dapat dihitung untuk rangkaian penguat.

Jadi, ini semua tentang transistor sebagai penguat. Dari informasi di atas, akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah transistor dapat melakukan seperti penguat hanya ketika itu bias dengan benar.

Ada beberapa parameter untuk transistor yang baik yang mencakup gain tinggi, bandwidth tinggi, laju perubahan tegangan tinggi, linieritas tinggi, impedansi input daya tinggi, efisiensi tinggi, dan stabilitas tinggi,dan lain-lain.

Kamis, 28 Mei 2020

Fungsi dan cara kerja resistor

Resistor adalah Suatu komponen elektronika yang berfungsi untuk  menghambat atau membatasi aliran listrik yang akan mengalir dalam suatu rangkaian elektronika. Karena Resistor bersifat Resistif maka komponen yang satu ini termasuk dalam kategori komponen pasif. Resistor ini memiliki 2 pangkalan listrik yang dapat mengatur tegangan dan arus yang mengalir dari satu pangkalan ke pangkalan yang lain.

Dengan resistor, arus listrik dapat didistribusikan sesuai dengan kebutuhan. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ī© (Omega).

Di dalam rangkaian elektronika, resistor dilambangkan dengan huruf “R“. Dilihat dari bahannya, ada beberapa jenis resistor yang ada dipasaran antara lain : Resistor Carbon, Wirewound, dan Metalfilm. Ada juga Resistor yang dapat diubah-ubah nilai resistansinya antara lain : Potensiometer, Rheostat dan Trimmer (Trimpot).

Untuk resistor jenis carbon maupun metalfilm biasanya digunakan kode-kode warna sebagai petunjuk besarnya nilai resistansi (tahanan) dari resistor. Resistor ini mempunyai bentuk seperti tabung dengan dua kaki di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin kode warna, kode ini untuk mengetahui besar resistansi tanpa harus mengukur besarnya dengan ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.

Kode warna resistor




Besaran resistansi suatu resistor dibaca dari posisi cincin yang paling depan ke arah cincin toleransi. Biasanya posisi cincin toleransi ini berada pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan posisi cincin yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut. Kalau kita telah bisa menentukan mana cincin yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.

Jumlah cincin yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 cincin (tidak termasuk cincin toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 cincin (tidak termasuk cincin toleransi). Cincin pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan cincin terakhir adalah faktor pengalinya.

Misalnya resistor dengan cincin kuning, violet, merah dan emas. Cincin berwarna emas adalah cincin toleransi. Dengan demikian urutan warna cincin resistor ini adalah, cincin pertama berwarna kuning, cincin kedua berwarna violet dan cincin ke tiga berwarna merah. Cincin ke empat yang berwarna emas adalah cincin toleransi. Dari tabel 1.1 diketahui jika cincin toleransi berwarna emas, berarti resistor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansinya dihitung sesuai dengan urutan warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini.

Karena resistor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga cincin selain cincin toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh cincin pertama dan cincin kedua. Masih dari tabel 1.1, diketahui cincin kuning nilainya = 4 dan cincin violet nilainya = 7. Jadi cincin pertama dan ke dua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47.

Cincin ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna cincinnya merah berarti faktor pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan x faktor pengali atau 47 x 100 = 4700 Ohm = 4,7K Ohm (pada rangkaian elektronika biasanya di tulis 4K7 Ohm) dan toleransinya adalah + 5%. Arti dari toleransi itu sendiri adalah batasan nilai resistansi minimum dan maksimum yang di miliki oleh resistor tersebut. Jadi nilai sebenarnya dari resistor 4,7k Ohm + 5% adalah :

Toleransi
= 5% x R
= 5% x 4700
= 235
Jadi,
Rmaksimum = 4700 + 235 = 4935 Ohm
Rminimum = 4700 – 235 = 4465 Ohm

Apabila resistor di atas di ukur dengan menggunakan ohmmeter dan nilainya berada pada rentang nilai maksimum dan minimum (4465 s/d 4935) maka resistor tadi masih memenuhi standar. Nilai toleransi ini diberikan oleh pabrik pembuat resistor untuk mengantisipasi karakteristik bahan yang tidak sama antara satu resistor dengan resistor yang lainnya sehingga para desainer elektronika dapat memperkirakan faktor toleransi tersebut dalam rancangannya. Semakin kecil nilai toleransinya, semakin baik kualitas resistornya. Sehingga dipasaran resistor yang mempunyai nilai toleransi 1% (contohnya resistor metalfilm) jauh lebih mahal dibandingkan resistor yang mempunyai toleransi 5% (resistor carbon).

Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resistor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya atau daya maksimum yang mampu ditahan oleh resistor. Karena resistor bekerja dengan di aliri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar :

Semakin besar ukuran fisik suatu resistor, bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1/2, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya maksimum 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk balok memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder dan biasanya untuk resistor ukuran besar ini nilai resistansi di cetak langsung dibadannya tidak berbentuk cincin-cincin warna, misalnya 100Ī©5W atau 1KĪ©10W.

Jenis Resistor

1. Resistor tetap

Ini merupakan resistor yang memiliki nilai hambatan tetap dan permanen. Untuk dapat melihat seberapa besar nilai hambatan serta seberapa besar nilai toleransi yang ada didalamnya, hanya saja dengan membaca garis warna yang berada pada bagian luarnya saja.



2.  Resistor variable
1


Potensiometer

Ini adalah jenis resister Variabel dimana jenis resitor ini memiliki nilai Resistensinya yang dapat berubah-ubah tergantung porosnya yang dapat diputar dengan sebuah tuas yang ada pada Potensiometer. Nilai pada resistor ini biasanya tertulis dengan kode angka yang dapat ditemukan pada bagian badan Potensiometer.



Rheostat

Jenis ini adalah Resistor yang dapat melakukan tugasnya pada tegangan dan arus yang tinggi. Rheostat merupakan jenis resistor yang terbuat dari lilitan kawat resistif dimana nilai resistansinya dapat dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid.



Preset Resistor (Trimpot)

Jenis Resistor yang juga dikenal dengan nama Trimmer Potensiometer atau Trimpot merupakan Resistor yang dapat berfungsi sama dengan Resistor Potensiometer. Akan tetapi ukurannya saja yang kecil dan juga tiak mempunyai tuas. Untuk mengatur nilai Resistansinya, Ini memerlukan bantuan obeng dengan tujuan supaya porosnya dapat berputar.




3      Resistor NTC dan PTC.

NTC (Negative Temperature Coefficient), yaitu resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas. Sedangkan PTC (Positive Temperature Coefficient), yaitu resistor yang nilainya akan bertambah besar bila temperaturnya menjadi dingin.





4      Resistor LDR

LDR (Light Dependent Resistor) yaitu jenis resistor yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya. Bila terkena cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan bila terkena cahaya terang nilainya menjadi semakin kecil.



Rangkaian Resistor

Dalam praktek para desainer kadang-kadang membutuhkan resistor dengan nilai tertentu. Akan tetapi nilai resistor tersebut tidak ada di toko penjual, bahkan pabrik sendiri tidak memproduksinya. Solusi untuk mendapatkan suatu nilai resistor dengan resistansi yang unik tersebut dapat dilakukan dengan cara merangkaikan beberapa resistor sehingga didapatkan nilai resistansi yang dibutuhkan.

Ada dua cara untuk merangkaikan resistor, yaitu :
  1. Cara Serial
  2. Cara Paralel
  • Rangkaian resistor secara serial akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar.
Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara serial.



  • Sedangkan rangkaian resistor secara paralel akan mengakibatkan nilai resistansi pengganti semakin kecil.
Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara paralel




Di bawah ini beberapa rumus (Hukum Ohm) yang sering dipakai dalam perhitungan elektronika :





Semoga artikel ini bisa bermanfaat. Terus belajar